Kotak Harapan
Pagi itu begitu cerah, namun Sasha tetap murung. Dengan tatapan kosong dia menatap keluar jendela, mengamati bunga-bunga yang bermekaran. Indah.
Hari ini tepat tiga tahun kematian
Nathan, sahabat Sasha sejak kecil. Nathan meninggal saat berusia 13 tahun
karena dia tidak mampu melawan kanker darah yang dideritanya sejak kecil.
Meskipun semua orang tahu kalau Nathan meninggal karena penyakit kanker yang
dideritanya, namun sampai saat ini Sasha masih saja merasa bersalah, dia merasa
kalau kematian Nathan adalah kesalahannya.
Setelah rapi Sasha lekas menuju danau
tempat biasa mereka berdua bermain dulu.
Sesampainya di danau, Sasha segera
mencari pohon besar yang dulu sering di jadikan tempat mereka berteduh. Sasha
duduk dibawah pohon tersebut sambil mengamati satu per satu foto saat mereka
masih kecil. Dan sepertinya film lama telah diputar kembali dalam ingatan
Sasha.
“Marissa Luna Nasution. Cepetan
kesini! ” Teriak seorang anak di seberang sana
“Apaan sih Nathan?” Sasha mendekat “
Aku kan udah bilang panggil Sasha aja! Ngerti?”
“Ngerti Marissa Luna Nasution, kamu
kan udah bilang kalimat itu ribuan kali” Kata Nathan lembut.
Mereka memang selalu mempermasalahkan
hal itu, Sasha yang tidak suka dipanggil dengan nama lengkapnya dan Nathan yang
selalu menggoda Sasha dengan menyebut nama lengkapnya. Meskipun pertengkaran
tak terelakkan namun itulah yang membuat persahabatan mereka lebih berwarna.
“Marissa Luna”
“Sasha. Kan udah tak kasi tau,
panggil Sasha aja!” potong Sasha.
“Okee, Sasha cantik. Ambil nih”
Menyodorkan kertas, pulpen, dan kotak.
“Buat apa nih?” Tanya Sasha heran.
“Mulai sekarang kita tulis harapan
kita di kertas ini” Nathan menelan ludah “Kamu tulis harapanmu buat aku dan aku
tulis harapanku buat kamu. Terus simpen di kotak kita masing-masing”
“Okee” Sasha mengangguk.
Karena berbeda sekolah, sejak SMP
mereka hanya bisa bertemu pada hari Minggu. Maka dari itu mereka hanya dapat
menulis harapan mereka seminggu sekali.
“Nathan, gimana rasanya sekolah di
Tunas Bangsa? Temennya baik-baik gak? Ceweknya cantik-cantik?” Tanya Sasha
dengan semangat.
“Ya ampun sha, kasi aku duduk dulu
kenapa sih? Capek tau” protes Nathan.
“Sekarang kan udah duduk. Cerita dong
Than, cerita!” Sasha menggoyang-goyangkan tubuh Nathan.
“Iya-iya” Nathan menghela nafas
“Sekolah disana itu biasa aja, baru dua minggu kan? Jadi masih perlu adaptasi.
Kalo temennya sih asik-asik, ceweknya juga cantik-cantik”. Nathan mengakhiri
kalimatnya.
“ Asiklah ceweknya cantik-cantik” Sasha
berjalan ke bibir danau
“Iya cantik” Nathan menghampiri Sasha
“Tapi cantikan kamu”
Sasha menggeleng “Apaan sih? Gembel
tau gak?”
“he-eh” Nathan nyengir sambil
menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Enam tahun sudah Sasha dan Nathan
bersahabat. Dan sepertinya benih-benih cinta telah tumbuh dihati keduanya. Ada
sesuatu yang sulit untuk di ucapkan, rasa deg-degan, malu, marah, senang dan
sedih yang selalu datang tiba-tiba.
“Otakku lagi eror nih, kepikiran
Nathan terus sih? Perlu di service kali ya?” Gumam Sasha “E-mail kakak ah”
Kak
elia kpn liburannya? Kita pd kangen nih,
Mmm..
kakak pertama kali jatuh cinta umur brp? Rasanya gimana wkt jatuh cinta kak??
Cepet
lulus yaa kak, missu Aurelia Luna Nasution :*
“Mungkinkah ini cinta? Ini Cuma masalah waktu”
Sasha menarik selimutnya dan lekas tidur.
Pagi yang cerah. Namun ada yang
berbeda hari itu, biasanya setiap hari Minggu Nathan pasti menjemput Sasha
untuk pergi ke danau.
Tiit..tiitt… hape Sasha berdering tanda ada
SMS masuk.
“Nathan?” Sasha segera membuka SMS dari
Nathan.
MarissaLN sorry
ya, hari ini aku gak bisa kedanau, lg gak enak badan nih :(
Kamu kenapa Than?
Sekarang aku ksana yaa..
Setelah mengirim SMS itu Sasha segera menuju
ke rumah Nathan.
“Nathan sakit? Kok bisa? Selama ini dia kan
gak pernah ngeluh sakit” Sasha bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
“Sakit itu wajar non, semua orang pasti pernah
sakit non. Jadi tenang aja” Pak Dadang
supirnya mencoba menghibur.
“Iyasih pak, makasi ya”
Sesampainya disana Sasha segera menuju kamar
Nathan. Rumah itu memang sudah seperti rumahnya sendiri.
“Nathan, kamu sakit?” Tanya Sasha cemas.
“Aku gakpapa kok Sha” Nathan menggeleng “Besok
ke danau yuk? Kan libur”
“Gak ah, kamu kan lagi sakit” tolak Sasha.
“Besok udah sembuh kok” Nathan tersenyum
“Ayolahh, ya?” bujuknya.
“Iyadeh”
Sejak kecil Sasha memang selalu luluh oleh
rayuan-rayuan Nathan. Tampang memelas Nathan selalu berhasil membuatnya
mendapatkan apapun yang dia mau.
Malam harinya Sasha mencoba melihat e-mailnya,
dia berharap sang kakak telah membalas e-mail yang dikirimnya.
“Yess udah dibalas” teriak Sasha penuh
semangat.
Bulan depan kakak
pulang sayang, gak sabar nihh
Ciiee adikku lg
jatuh cinta nih kayaknya. Sama siapa? Nathan yaa?
mm.. jatuh cinta
itu susah d ungkapinnya dik, rasanya nanonano. Mungkin jg beda tiap org
wkt pertama kali
jatuh cinta kakak paling ngerasa malu deket dia,
dikit aja dibikin
kesel udah marah tp selalu ada kata maaf buat dia.
Pokoknya dunia
serasa milik berdua deh. hehehe lebay gak sih?
Yaa pokoknya gt
deh,
Yaudah kakak
ngerjain tugas dl yaa.. missu all :*
“Hahh?? Kok pas gini sih? Aku juga ngerasa
gitu sama Nathan. Apa aku beneran jatuh cinta sama dia ya? Bintang kasi aku
jawaban dong” Sasha menatap langit, menutup jendelanya, lalu berusaha untuk
tidur.
Tok tok tok….
Tok tok tok…
“Banguunn wee udah siang nih”
Tok tok tok…
Teriakan itu sukses membangunkan Sasha dari
mimpi indahnya.
Sasha membuka pintu “Nathan? Ngapain pagi-pagi
gini?” Menguap “hoaamm”
“Kita kan mau ke danau. Cepet mandi sana!”
Mendorong Sasha kearah toilet.
“Eh, curut ini tu masih pagi Masih
waktunya tidur tau, lagian diluar kan dingin” menunjuk ke luar jendela
“Dasar kebo! Makin pagi makin bagus
tau” Bela Nathan “Waktu kita juga kan jagi lebih lama” katanya lirih.
“Terserah deh, tapi sarapan dulu ya?
Laper nih” Sasha memegang perutn9a
“Okee, laper juga nih” Nathan
nyengir “Jangan lupa kotak” menunjuk kotak harapan mereka.
Sasha dan Nathan berjalan
bersama-sama menuju danau. Sampai disana mereka bermain dengan semangat, saling
berbagi cerita, tertawa, dan menulis harapan mereka. Tanpa disadari itu harapan
terakhir yang mereka tulis bersama.
“Udah selesai?” Tanya Nathan.
“Udah nih” menunjukkan kertas
harapannya
“Sha, mulai sekarang kamu yang bawa
kedua kotaknya ya!” Menyodorkan kotak miliknya.
“Loh kok?” Tanya Sasha heran.
“Ya aku capek aja bawanya, rumahku
kan jauh” Nathan memberi alasan
“Kok capeknya telat sih? Selama ini
kemana aja?” Sasha semakin heran.
“Aku bilang capek ya capek! Ngerti gak
sih?!” Bentak Nathan.
“Kamu kok bentak aku sih?” Sasha
meneteskan air mata “Selama ini kamu gak pernah bentak aku” Tangisan Sasha
semakin menjadi.
“Maafin aku Sha” Memeluk Sasha “Mana
mungkin aku bentak orang yang aku sayang” Suara Nathan semakin menghilang.
Sasha hanya menangis. Sampai
akhirnya dia menyadari tak ada lagi suara yang keluar dari mulut Nathan. Dia
lalu mencoba mencairkan suasana dengan mengajak Nathan berbicara.
“Nathan” Sasha melepaskan tubuhnya
dari pelukan Nathan namun, tak ada jawaban. Sasha merasa tubuh Nathan semakin
lemas dan wajahnya pun menjadi pucat pasi.
“Nathan, kamu kenapa?” Sasha
menggoyangkan tubuh Nathan.
“Aku gapapa kok Sha” Sebuah senyuman
tersumbing dibibir Nathan “Jaga diri kamu baik-baik ya!” Nathan mengingatkan.
“Iya, pasti” Sasha mengangguk dan
tersenyum. Manis.
Setelah itu tak ada lagi kata-kata
yang keluar dari mulut Nathan. Dia telah menutup mata untuk terakhir kalinya.
“Nathan, bangun Than! Bangun!” Sasha
menguncang tubuh Nathan. Satu per satu air matanya mulai terjatuh.
Sejak kejadian itu Sasha menjadi
sosok pendiam. Meski tiga tahun telah berlalu tapi kepiluan masih menyelimuti
hatinya.
Hari itu Sasha memutuskan untuk membaca
harapan-harapan Nathan untuknya. Dibukanya satu per satu kertas yang ada dan
dia tak kuasa menahan air matanya ketika membaca harapan terakhir dari Nathan.
Marissa Luna
Nasution..
Kamu pernah
denger gak kalo orang yang udah meninggal dia akan jadi bintang di langit?
Kalo aku udah
jadi bintang, aku mau kamu jadi bulan. Bulan yg akan nemenin aku terus saat
bintang-bintang yg lain pergi.
Kamu mau kan?
Kamu kan Luna. Luna itu bhs latin, artinya bulan. Mungkin ortu kamu juga pengen
kamu bisa jadi seperti bulan.
Kamu tau kalau
bulan tetap bersinar walaupun bintang-bintang pergi menjauh, tapi dia selalu
setia nunggu bintang-bintang kembali? Dia sadar banyak orang dibumi yg akan
sedih kalu dia gak bersinar.
Dan aku harap
kamu bisa seperti bulan yang tetap tegar dalam keadaan apapun, selalu senyum
disela-sela kesedihan kamu dan yg paling penting yakinin kalo harapan2mu pasti
terwujud.
Jaga diri baik2
yaa! Jangan sia-siain hidup kamu, jadilah sosok yg bermanfaat buat banyak
orang…
With©,
Nathan Surya
Setelah membaca harapan terakhir dari Nathan,
Sasha mulai sadar kalau Nathan hanya ingin yang terbaik untuk Sasha. Dan dia
pun bertekad menjadi sosok yang diharapkan Nathan.
“Nathan, aku akan jadi Luna yang kamu harapin”
Sasha tersenyum lalu menutup album foto yang sedari tadi dibukanya.
oleh : Putu Ratih Puspita Sari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar